
Rumah minka adalah nama umum dengan
arsitektur tradisional, dan merupakan tempat kediaman rakyat bukan dari
kalangan orang berkuasa(tempat tinggal petani, pengrajin, dan pedagang).
Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Keindahan arsitektur minka
terletak pada keharmonisan antara bentuk dengan bahan-bahan bangunan yang
dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan
hutan-hutan yang berada di sekeliling rumah. Rumah tradisional Jepang terdiri
dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu (ruang serba guna yang dapat
digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang keluarga), Genkan (Area
pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).Minka juga memiliki keanekaragaman
gaya arsitektur bangunannya, terkait dengan tuntutan geografi setempat, iklim,
dan industri. Sehingga setiap daerah di Jepang memiliki gaya arsitektur
bangunan yang khas, seperti :
Minka di Jepang Utara
Minka di daerah Jepang bagian utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi
terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju. Atap jerami dengan bubungan
yang terjal memungkinkan udara di dalam ruangan cukup hangat. Bukaan berupa
jendela kecil hanya ada di bubungan
tersebut untuk menghindari banyaknya
angin masuk kedalam rumah.
Disamping itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat
sutra.
Minka di Jepang Selatan

Minka di daerah Jepang bagian selatan, pada
umumnya terdiri dari sekelompok rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan
lantai yang ditinggikan agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan
mengurangi bahaya tiupan angin taifun.
Apa saja Bahan Bangunan Minka?
Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain,
balok kayu besar untuk tiang utama rumah dan rangka-rangka penting dari
kerangka rumah. Kayu juga digunakan untuk dinding, lantai, langit-langit, dan
bubungan atap. Kayu yang digunakan dalam Minka bisa bertahan 200 sampai 300
tahun dan sangat berharga sebagai produk bangunan karena dapat digunakan
kembali dalam rumah-rumah lainnya.
Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar menjadi genteng.
Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut dengan tatami, yang digelar di atas tikar kasar. Batu-batu terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah, tidak pernah digunakan sebagai dinding.
to be continued...
Adapted by :
Yunita Teresia Ginting
( XI A-4 / 35 )
0 komentar:
Posting Komentar